watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita Sexs
Aku jadi taruhan judi

Rita (34) nyaris putus asa dalam menjalani hidup
ini. Suaminya, Aryo, justru menjadikannya
sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah
menyangka jika Mas Aryo tega menjual
tubuhku. Ketika pertama kali aku mengenalnya,
dia adalah laki-laki yang baik dan selalu
menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain.
Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai
seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan
kami beri nama Rizal. Perkimpoian kami mulus-
mulus saja sampai Rizal muncul diantara kami.
Tentu saja waktuku banyak tersita untuk
mendidik Rizal.

Mas Aryo berkerja di perusahaan swasta yang
bergerak dibidang produksi kayu, sedangkan aku
hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah
mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku
sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya.
Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Aryo
pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu
pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam.
Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau
pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku
mencari penghasilan tambahan Rit”, jawabnya
singkat.

Mas Aryo makin sering pulang larut malam,
bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut
berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan,
rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya,
sejak kapan suamiku mulai gemar minum-
minum arak. Selama ini aku tidak pernah
melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia
memberikan uang belanja lebih padaku. Atau
pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku
dan Rizal anak kami.

Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas
Aryo berusaha menghindari. “Kita jalankan saja
peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu
yang mengurus rumah. Aku tidak pernah
menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu
juga begitu”, katanya.

Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya
ketika suatu malam, dia memintaku untuk
menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah
bermain judi dengan seseorang dan perlu uang
untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu
yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang
istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku
memberikan gelang itu. Toh dia juga yang
membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan
untuk menemani suami dalam suka maupun
duka.

Suatu sore saat Mas Aryo belum pulang,
seorang temannya yang mengaku bernama
Bondan berkunjung ke rumah. Kedatangan
Bondan inilah yang memicu perubahan dalam
rumah tanggaku. Bondan datang untuk menagih
utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya
sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Aryo berjanji
untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-
terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai
utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk
kembali besok saja.

Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum,
“Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-
itung menemani Mbak.”

Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-
lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang
seakan-akan ingin menelanjangi diriku.
“Aryo tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia
memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut
saya, sayang sekali bunga yang indah hanya
dipajang di rumah saja” ucap Bondan.

Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan
rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku
mencoba menahan diri, karena Mas Aryo
berutang uang kepadanya. Dalam hati aku
berdoa agar Mas Aryo cepat pulang ke rumah,
sehingga aku tidak perlu berlama-lama
mengenalnya.

Untung saja tak lama kemudian Mas Aryo
pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah
mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat
Bondan, Mas Aryo tampak lemas. Dia tahu pasti
Bondan akan menagih hutang-hutangnya itu.
Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas
Aryo kulihat menyerahkan amplop coklat.
Mungkin Mas Aryo sudah bisa melunasi
hutangnya. Aku tidak dapat mendengar
pembicaraannya, namun kulihat Mas Aryo
menunduk dan sesekali terlihat berusaha
menyabarkan temannya itu.

Setelah Bondan pulang, Mas Aryo memintaku
menyiapkan makan malam. Dia menikmati
sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku
juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya
dengan Bondan. Aku menyadari Mas Aryo
sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri.
Setelah selesai makan, Mas Aryo langsung
mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul
masuk kamar satu jam kemudian setelah
berhasil menidurkan Rizal di kamarnya.
Ketika aku memasuki kamar tidur dan
menemaninya di ranjang, Mas Aryo kemudian
memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan
meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain
sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas
Aryo mulai melepaskan daster putih yang
kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas
Aryo mulai membuka bra tipis yang kukenakan
dan melepaskan celana dalamku.

Setelah itu Mas Aryo sedikit demi sedikit mulai
menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian
tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku
membantu Mas Aryo untuk melapaskan seluruh
pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya
aku bisa melihat penis Mas Aryo yang sudah
mulai agak menegang, tetapi belum sempurna
tegangnya.

Dengan penuh kasih sayang kuraih batang
kenikmatan Mas Aryo, kumain-mainkan sebentar
dengan kedua belah tanganku, kemudian aku
mulai mengulum batang penis suamiku dengan
lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang
penis Mas Aryo terutama kepala penisnya, mulai
terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot
batang Mas Aryo dengan semampuku, kulihat
Mas Aryo begitu bergairah, sesekali matanya
terpejam menahan nikmat yang kuberikan
kepadanya.

Mas Aryo kemudian membalas, dengan
meremas-remas kedua payudaraku yang cukup
menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-
denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting
payudaraku dan mulai menjalar keseluruh
bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku.
Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa
basah dan agak gatal, sehingga aku mulai
merapatkan kedua belah pahaku dan
menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan
rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal
yang kurasakan di belahan liang vaginaku.

Mas Aryo rupanya tanggap melihat
perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas
Aryo mulai turun dan mulai mengulum daging
kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat
kewalahan menerima serangannya ini, badanku
terasa bergetar menahan nikmat, peluh
ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi
erangan-erangan kecil dan napas tertahan ketika
kurasakan aku hampir tak mampu menahan
kenikmatan yang kurasakan.

Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin
memuncak, saat penis Mas Aryo, mulai
terbenam sedikit demi sedikit ke dalam vaginaku,
rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah
menjadi nikmat saat penis Mas Aryo yang telah
ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju
mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal
yang kurasakan.

Suamiku memang jago dalam permainan ini.
Tidak lebih dari lima belas menit aku berteriak
kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan
kenikmatan yang kurasakan, tubuhku meregang
sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang ketika
puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu,
mataku terpejam sambil menggigit kecil bibirku
saat kurasakan vaginaku mengeluarkan denyut-
denyut kenikmatannya.

Dan tidak lama kemudian Mas Aryo mencapai
puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik
penisnya dan beberapa detik kemudian, air
maninya tersembur dengan derasnya ke arah
tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan
mengocok penisnya sampai air maninya habis,
dan kemudian aku mengulum kembali penisnya
sekian lama, sampai akhirnya perlahan-lahan
mulai mengurang tegangannya dan mulai
lunglai.

“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang
hebat”, pujinya. Aku masih bergelayut manja di
dekapan tubuhnya.
“Rit, kamu memang istriku yang baik, kamu
harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan aku
mau kamu membantu aku untuk
mengatasinya”, katanya.

“Bukankah selama ini aku sudah begitu Mas”,
sahutku. Mas Aryo mengangguk-angguk
mendengarkan ucapakanku.
Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud
kedatangan Bondan tadi sore. Dia menagih
utang, dan aku hanya sanggup membayar
setengah dari keseluruhan utangku. Kemudian
setelah lama berbicang-bincang ia menawarkan
sebuah jalan keluar kepadaku untuk melunasi
hutang-hutangku dengan sebuah syarat”, ucap
Mas Aryo.

“Apa syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran.
“Rupanya dia menyukaimu, dia minta izinku agar
kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap
Mas Aryo dengan pelan dan tertahan.
Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti
‘menemani’ selama semalam. Itu berarti aku
harus melayaninya semalam di ranjang seperti
yang kulakukan pada Mas Aryo. Mas Aryo
mengerti keterkejutanku.

“Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku
harus membayar hutang-hutangku, dia sudah
mengancam akan menagih lewat tukang-tukang
pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya
sampai akhir pekan ini”, katanya lirih.
Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari
perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan
aku harus rela memberikan seluruh tubuhku
kepada lelaki yang belum kukenal selama ini.
Sikap diamku ini diartikan lain oleh Mas Aryo.
“Besok kamu ikut aku menemui Bondan”,
ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu
berangkat tidur. Seketika itu juga aku membenci
suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan
suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan
keselatan keluarga, terutama keselamatan
suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok
berjudi lagi pikirku.

Sore hari setelah pulang kerja, Mas Aryo
menyuruhku berhias diri dan setelah itu kami
berangkat menuju tempat yang dijanjikan
sebelumnya, rupanya Mas Aryo mengantarku ke
sebuah hotel berbintang. Ketika itu waktu sudah
menunjukkan sekitar pukul 20.00 malam.
Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi
untuk menginap di hotel.

Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Aryo,
beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka,
dan kulihat Bondan menyambut kami dengan
hangatnya, Suamiku tidak berlama-lama,
kemudian ia menyerahkan diriku kepada
Bondan, dan kemudian berpamitan.
Dengan lembut Bondan menarik tanganku
memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk
malu dan wajahku terasa memerah saat aku
merasakan tanganku dijamah oleh seseorang
yang bukan suamiku. Ternyata Bondan tidak
seburuk yang kubayangkan, memang matanya
terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh
tubuhku, tetapi sikapnya dan perlakuannya
kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi
sedikit rasa grogi yang menyerangku mulai
memudar.

Bondan menanyakan dengan lembut, aku ingin
minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-
cola, tetapi jawabnya minuman itu tidak ada
sekarang ini di kamarnya, kemudian dia
mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan
menuangkannya sedikit sekitar setengah sloki,
kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa
menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu
rasakan sekarang ini, dan bisa juga membuat
tubuhmu sedikit hangat.
Kulihat dari tadi
kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya
lagi sambil menyodorkan minuman tersebut.
Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum
secara dikit demi sedikit sampai habis, memang
benar beberapa saat kemudian aku merasakan
tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi
sudah mulai menghilang, dan aku juga
merasakan ada aliran hangat yang mengaliri
seluruh syaraf-syaraf tubuhku.

Bondan kemudian menyetel lagu-lagu lembut di
kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang
hal-hal yang ringan. Sekitar 10 menit kami
berbicara, aku mulai merasakan agak pening di
kepalaku, tubuhkupun limbung. Kemudian
Bondan merebahkan tubuhku ke ranjang.
Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang
membuatku mulai bisa menghilangkan rasa
pening di kepalaku.

Tetapi aku mulai merasakan ada perasaan lain
yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-
denyut kecil di seluruh tubuhku, semakin lama
denyut-denyut tersebut mulai terasa menguat,
terutama di bagian-bagian sensitifku. Aku
merasakan tubuhku mulai terangsang, meskipun
Bondan belum menjamah tubuhku.

Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan
rangsangan di tubuhku, napasku mulai
memburu terengah-engah, payudaraku seakan-
akan mengeras dan benar-benar peka, vaginaku
mulai terasa basah dan gatal yang menyengat,
perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan
kedua belah pahaku untuk mengurangi rasa gatal
dan merangsang di dalam vaginaku. Tubuhku
mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan
rangsangan seluruh tubuhku.

Bondan rupanya menikmati tontonan ini, dia
memandangi kecantikan wajahku yang kini
sedang terengah-engah bertarung melawan
rangsangan, nafsunya mulai memanas,
tangannya mulai meraba tubuhku tanpa bisa
kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di
payudaraku membuatku tidak tahan lagi, sampai
tak sadar aku melorotkan sendiri pakaian yang
kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas,
Mata Bondan tak lepas memandangi belahan
payudaraku yang putih montok dan yang
menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari
bra yang kukenakan.


Tak tahan melihat pemandangan indah ini,
Bondan kemudian menggumuliku dengan
panasnya sembari tangannya mengarah ke
belakang punggungku, tidak lebih dari 3 detik,
kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang
kencang dan padat telah membentang dengan
indahnya, Bondan tak mau berlama-lama
memandangiku, dengan buasnya lagi ia
mencumbuiku, menggumuliku, dan tangannya
semakin cepat meremas-remas payudaraku,
cairan vaginaku mulai membasahi celana
putihku.

Melihat ini, tangan bondan yang sebelahnya lagi
mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan
yang membasahi celanaku, aku merasakan
nikmat yang benar-benar luar biasa. Napasku
benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat
saat tangan Bondan mulai memasuki celana
dalamku dan memainkan daging kecil yang
tersembunyi di kedua belahan rapatnya
vaginaku.

Bondan memainkan vaginaku dengan ahlinya,
membuatku terpaksa merapatkan kedua belah
pahaku untuk agak menetralisir serangan-
serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai
menerobos masuk ke liang tubuhku dan mulai
memutar-mutar jarinya di dalam vaginaku. Tak
puas karena celana dalamku agak mengganggu,
dengan cepatnya sekali gerakan dia melepaskan
celana dalamku. Aku kini benar-benar bugil tanpa
tersisa pakaian di tubuhku.

Bondan tertegun sejenak memandangi pesona
tubuhku, yang masih bergeliat-geliat melawan
rangsangan yang mungkin diakibatkan obat
perangsang yang disuguhkan di dalam
minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih
merangsang sendiri payudaraku, Bondan
melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang
dikenakan sampai akhirnya bugil pula. Aku
semakin bernafsu melihat batang penis Bondan
telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan
panjang.

Dengan cepat Bondan kembali menggumuliku
dengan benar-benar sama-sama dalam puncak
terangsang, aku merasakan payudaraku
diserang dengan remasan-remasan panas,
dan.., ahh.., akupun merasakan batang penis
Bondan dengan cepatnya menyeruak
menembus liang vaginaku dan menyentuh titik-
titik kenikmatan yang ada di dalam liang
vaginaku, aku menjerit-jerit tertahan dan
membalas serangan penisnya dengan
menjepitkan kedua belah kakiku ke arah
punggungnya sehingga penisnya bisa
menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.

Kami bercumbu dengan panasnya, bergumul,
setiap kali penis Bondan mulai bergerak masuk
menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah
luar, aku menjepitkan otot-otot vaginaku seperti
hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan
nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali
nikmatnya, begitu juga dengan Bondan, dia
mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa
dihindarinya. Sampai pada satu titik saya sudah
terlihat akan orgasme, Bondan tidak menyia-
nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2
penisnya yang dipercerpat.. akhirnya kekuatan
pertahananku ambrol.. saya orgasme berulang-
ulang dalam waktu 10 detik.. Bondan rupanya
juga sudah tidak mampu menahan lagi
serangannya dia hanya diam sejenak untuk
merasakan kenikmatan dipuncak-puncak
orgasmenya dan beberapa detik kemudian
mencabut batang penisnya dan tersemburlan
muncratan-muncratan spermanya dengan
banyaknya membanjiri wajah dan sebagian
berlelehan di belahan payudaraku. Kamipun
akhirnya tidur kelelahan setelah bergumul dalam
panasnya birahi.

Keesokan paginya, Bondan mengantarku pulang
ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan
muka tertuduk dan berbicara sebentar
sementara aku masuk ke kamar anakku untuk
melihatnya setelah seharian tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan suamiku sempat
tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya
aku luluh juga saat suamiku minta maaf atas
kelakuannya yang menyebabkan masalah ini
sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung
lama, suamiku kembali terjebak dalam
permainan judi. Sehingga secara tidak langsung
akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika
menang suamiku akan memberikan oleh-oleh
yang banyak kepada kami. Tetapi jika kalah aku
harus rela melayani teman-teman suamiku yang
menang judi. Sampai saat ini kejadian ini tetap
masih berulang. Oh sampai kapankah
penderitaan ini akan berakhir.

tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/4065
U-ON

inc Powered by Xtgem.com